A.
Apa
yang dimaksud Asesmen Kinerja ?
Asesmen Kinerja yaitu penilaian
terhadap proses perolehan penerapan pengetahuan dan keterampilan melalui proses
pembelajaran yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses dan produk. Asesmen
kinerja pada prinsipnya lebih ditekankan pada proses keterampilan dan kecakapan
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. Asesmen ini sangat cocok digunakan
untuk menggambarkan proses, kegiatan, atau unjuk kerja, proses, kegiatan, atau
unjuk kerja dinilai melalui pengamatan terhadap siswa ketika melakukannya.
Penilaian unjuk kerja adalah penilaian berdasarkan hasil pengamatan penilai
terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang terjadi. Misalnya penilaian terhadap
kemapuan siswa merangkai alat praktikum untuk percobaan sederhana dilakukan
selama siswa merangkai alat, bukan sebelum atau setelah alat dirancang.
Asesmen ini melibatkan aktivitas
siswa yang membutuhkan unjuk keterampilan tertentu atau penciptaan hasil yang
telah ditentukan. Karena itu, metodologi asesmen ini memberi peluang kepada
guru untuk menilai pencapaian berbagai hasil pendidikan yang sebenarnya tidak
dapat dijabarkan melalui tes tertulis. Melalui metodologi ini, asesmen kinerja
memungkinkan guru mengamati siswa saat siswa sedang bekerja atau melakukan
tugas belajar, atau guru dapat menguji hasil-hasil yang dapat dicapai, serta
menilai (judge) tingkat pengusaan/kecakapan yang dicapai siswa.
Asesmen kinerja tidak hanya
bergantung pada jawaban benar atau salah. Sebagaimana halnya dengan asesmen
bentuk essay, observasi yang dilakukan oleh guru dalam rangka melakukan
pertimbangan-pertimbangan subyektif berkenaan dengan level prestasi yang
dicapai siswa. Evaluasi ini didasarkan pada perbandingan kinerja siswa dalam
mencapai standar excellent (keunggulan, prestasi) yang telah dicapai
sebelumnya. Sebagaimana test essay, pertimbangan guru digunakan sebagai dasar
penempatan kinerja siswa pada suatu kesatuan/kontinum tingkatan-tingkatan
prestasi yang terentang mulai dari tingkatan yang sangat rendah sampai tingkatan
yang sangat tinggi.
B.
Hal
apa yang ada pada Asesmen Kinerja ?
Hal-hal
yang harus kita pahami tentang asesmen kinerja adalah kita mendesain dan
mengembangkan asesmen kinerja untuk digunakan kelak dikelas kita sendiri. Metodologi
assesmen kinerja bukanlah suatu obat yang mujaraf, bukan penyelamat guru. Dan
juga bukan merupakan suatu kunci untuk menilai kurikulum yang sebenarnya.
Asesmen ini semat-mata merupakan alat yang memberikan cara-cara yang efisien
dan efektif untuk menilai beberapa ( bukan keseluruhan) hasil-hasil proses
pendidikan yang dipandang berguna.
C.
Apa
saja Jenis Asesmen Kinerja ?
Berdasarkan
cara melaksanakan asesmen kinerja, dapat dikelompokkan menjadi :
1.
Assesmen kinerja
klasikal digunakan untuk mengases kinerja siswa secara keseluruhan dalam satu kelas keseluruhan.
2.
Assesmen kinerja
kelompok untuk mengakses kinerja siswa secara berkelompok.
3.
Assesmen kinerja
individu untuk mengakses kinerja siswa secara individu.
Pada
pelaksanaannya guru dapat mengatur secara fleksibel kinerja-kinerja yang akan
diakses dalam kurun waktu tertentu. Misalnya dalam dua semester guru
merencanakan mengases keterampilan setiap siswa dalam membuat larutan. Guru
merencanakan dalam dua semester tersebut empat kali kegiatan yang menuntut
siswa membuat larutan. Maka guru dapat membagi siswa ke dalam empat kelompok
siswa yang akan diases siswa kelompok pertama akan diasses pada kegiatan
pembuatan larutan pertama, kelompok berikutnya diases pada pembuatan larutan
yang berikutnya. Sehingga setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
dinilai keterampilannya dalam membuat larutan. Assesmen kinerja yang digunakan
oleh guru tesebut adalah assesmen kinerja individu.
D.
Bagaimana
Fase pada Asesmen Kinerja ?
Untuk
merealisasikan asesmen kinerja ini, dimulai dengan membuat perencanaan assesmen
kinerja yang meliputi tiga fase penting yaitu, :
1. Fase
1 : mendefinisikan kinerja. Pada tahap ini ditentukan jenis kinerja apa yang
ingin di nilai. Misalnya kemampuan menggunakan mikroskop dapat diurai menjadi :
membawa mikroskop dengan benar, menggunakan lensa dengan pembesaraan kecil
terlebih dahulu, mengatur dengan benar pencahayaan, memasang preparat dan
memfokuskan bayangan benda.
2. Fase
2 : mendesain latihan-latihan kerja. Setelah kinerja yang akan dinilai
ditentukan tahap berikutnya adalah menyediakan pembelajaran yang memungkinkan
aspek kinerja yang akan dinilai dapat muncul. Misalnya guru akan menilai
kemampuan menggunakan mikroskop, maka KBM yang dipersiapkan adalah praktikum
dengan menggunkan mikroskop.
3. Fase
3 : melakukan penskoran dan perekaman atau pencatatan hasil.
E.
Bagaimana
Sifat Asesmen Kinerja ?
Assesmen
kinerja bersifat lugas ( fleksibelitas) dalam pengembangan bagian-bagiannya,
tetapi ada beberapa yang perlu diperhatikan yaitu ketika meninjau faktor-faktor
konteks dalam rangka pengambilan keputusan tentang kapan mengadopsi
metoda-metoda assesmen kinerja. Pada dasarnya faktor-faktor utama yang
dipertimbangkan dalam proses seleksi assesmen sesuai dengan sasaran prestasi
untuk siswa dan juga dengan metodologi assesmen kinerja.
Dalam
klasifikasi kinerja, pemakai bebas memilih dari suatu rentangan sasaran
prestasi yang mungkin, dan assesmen kinerja dapat difokuskan pada sasaran
–sasaran khusus dengan mengambil tiga keputusan desain : merumuskan jenis
kinerja yang dinilai, mengidentifikasi siapa yang akan dinilai dan menetapkan
kriteria kinerja.
Kegiatan
dalam komponen pengembangan latihan yang harus dipikirkan hal-hal yang
menyebabkan siswa melakukan perbuatan tertentu yang dapat merefleksiskan
tingkat penguasaan/ kecakapan/ prestasi yang dicapai. Karena itu, dalam hal ini
harus dipertimbangkan hakekat latihan, banyaknya latihan yang dibutuhkan, dan
petunjuk-petunjuk aktual siswa untuk melakukan latihan tersebut.
Dalam
hal ini penskoran, penilaian sebaikanya dilakukan oleh lebih dari satu orang
agar faktor subjektivitas dapat diperkecil dan hasil penilaian lebih akurat.
Penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek( ya – tidak
) atau skala rentang ( sangat baik – baik – agak baik – tidak baik ).
Pada
penilaian unjuk kerja yang menggunakan daftar cek, siswa mendapat nilai apabila
kriteria penguasaan kemampuan tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak
dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai
hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-salah, dapat diamati-tidak
dapat diamati. Dengan demikian nilai tengah tidak ada. Penilaian unjuk kerja
yang menggunakan skala rentang memungkinkan penilai memberi nilai tengah
terhadap penguasaan kompetensi tertentu karena pemberian nilai secara kontinum
dimana pilihan kategori nilai lebih dari dua.
A.
Contoh
Asesmen Kinerja
Berikut
ini adalah contoh assesmen kinerja dalam menggunakan mikroskop dengan teknik
penilai daftar ceklis.
No.
|
Aspek penilaian
|
Skala
|
|
Ya
|
Tidak
|
||
1.
|
Membawa mikroskop dengan benar.
|
|
|
2.
|
Menggunakan lensa dengan pembesaran kecil terlebih
dahulu.
|
|
|
3.
|
Mengatur pencahayaan.
|
|
|
4.
|
Memasang preparat
|
|
|
5.
|
Memfokuskan bayangan benda.
|
|
|
0 opmerkings:
Plaas 'n opmerking